Sabtu, 09 November 2013

ANALISIS NOVEL


1.   Keterangan Novel

Novel yang saya analisis adalah novel angkatan Balai Pustaka yang berjudul Azab dan Sengsara. Ialah salah satu novel karangan  Merari Siregar (1896-1940). Novel ini di terbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1927.

2.   Sinopsis Novel
Suatu senja di pinggiran sungai yang terletak di tengah-tengah kota Sipirok, duduk seorang remaja yang menunggu kekasihnya datang. Remaja itu bernama Mariamin, ia sering di panggil Riam. Kemudian Aminu’ddin sang kekasih hatinya datang, tapi Riam sangat sedih sebab kekasihnya itu datang untuk berpamitan karena ia akan segera pergi ke Medan untuk mencari pekerjaan agar ia bisa menikahi kekasihnya itu.
Aminu’ddin adalah anak kepala kampung A. Ayah Aminu’ddin merupakan kepala kamupung yang terkenal Sipirok, hartanya banyak. Harta itu berasal dari peninggalan orangtua ayah Aminu’ddin, karena ia rajin bekerja, maka hartanya jadi banyak. Ayah Aminu’ddin memiliki budi perkerti yang baik. Dan sifat baiknya itu menuruk kepada anaknya yaitu Aminu’ddin yang memiliki sifat yang baik, cerdas dan rajin
Setelah Aminu’ddin pulang, Riam masuk ke rumah dan menemui ibunya yang sedang sakit. Aminu’ddin dihadapan ibunya. Setelah selesai memberi makan sekaligus menyuapi sang ibu, Riam pergi kekamarnya untuk tidur. Setelah anaknya itu pergi si ibu belum tidur, ia memikirkan masa lalunya. Dulu mereka dikatakan masuk ke golongan orang kaya dan ternama di Sipirok.
Ayah Mariamin yaitu Sutan Baringin merupakan seorang yang kaya dan bergelar bangsawan. Akan tetapi karena Sutan Baringin memiliki sifat yang tamak, pemalas, angkuh, pemarah dan bengis membuat ia istri dan anak-anaknya jatuh miskin. Berulang-ulang kali sang istri melarang suaminya itu untuk berhenti berjudi dan membuat masalah. Tapi sang suami tidak pernah mau mendengarkan istrinya itu, ia lebih mendengarkan perkataan pokrol bambu bernama Marah Sait. Tetapi sang istri tetap sabar dan setia manghadapi suaminya itu.
Aminu’ddin dan Mariamin akrab sejak kecil, mereka juga memiliki hubungan darah karena ibu Aminu’ddin adalah saudara dari ayah Mariamin. Dan Mariamin juga memiliki hutang budi kepada Aminu’ddin karena Aminu’ddin pernah menyelamatka nyawanya saat ia hanyut  terbawa arus sungai saat air sunggai meluap ketika hujan deras.
Saat Sutan Baringin mengijak dewasa, ia dinikahkan oelh ibunya ddengan gadis bernama Nuria yaitu ibu Mariamin. Suatu hari Sutan Baringin mendapat surat dari Deli yang isinya bahwa salah seorang saudaranya akan datang ke kampung halamannya untuk pindah dan meminta separuh dari harta warisannya. Saudara Sutan Baringin itu bernama Baginda Muliam. Mereka adalah saudara sekakek, kakek Sutan Baringin memiliki dua istri, istri mudanya adalah nenek dari Baginda Mulia dan istri pertama adalah nenek dari Sutan Baringin. Sutan Baringin yang memiliki sifat dengki, tamak, angkuh itu tidak rela jika hartanya itu di bahgi kepada orang lain. Ia pun mengajukan kasus itu ke pengadilan, dan ia selalu kalah dalam tiap persidangan. Karena ia tidak puas, ia melakukan banding. Dan ia pun menggunakan saksi-saksi palsu, tapi tetap saja kalah. Lama kelamaan harta bendanya habis hanya untuk membiayai persidangan. Kasus itu pun berlangsung hingga lima tahun lebih.
Setelah jatuh miskin, ia hanya tinggal di gubuk kecil di pinggir sungai. Sutan Baringin jatuh sakit. Ia hanya dapat terbaring lemah tak berdaya, sampai akhirnya ia meninggal. Sepeninggal Sutan Baringin, ibu Mariamin harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Mariamin pun ikut membantu ibunya mencari nafkah.
Setelah tiga bulan Aminu’ddin ada di Medan, ia mengirim surat pada Mariamin. Ia memberitahukan kepada Mariamin bahwa  ia telah memiliki pekerjaan, dan Mariamin pun membalas surat dari Aminu’ddin itu. Mariamin sangat bahagia, karena isi surat dari Aminu’ddin adalah meminta Mariamin menjadi  istinya dan ia juga sudah mengirim surat kepada orang tuanya untuk membritahukan hal itu. Tapi ayah Aminu’ddin tidak menyetujui permintaan putranya, walaupun istrinya telah membujuknya, ia tetap pada pendiriaannya. Mariamin mempersiapkan  jamuan untuk menjamu orang tua Aminu’ddin. Tapi orang tua Aminu’ddin tak kunjung datang,  yang  datang adalah surat permintaan maaf yang dikirim oleh  Aminu’ddin. Isinya  ia memberitahukan bahwa kedua orang tuanya berada di Medan dengan membawa gadis lain sebagai calon istrinya. Ia tidak bisa menolak permintaan orang tuanya dan ia tidak ingin mempermalukan kedua orangtuannya dan ia juga tidak ingin durhaka kepada kedua orang tuanya.
Mariamin adalah gadis yang solehah,  ia menerima permintaan maaf Aminu’ddin dan ia menerima semua ini sebagai nasibnya. Setelah sekitar dua tahun Mariamin pun menikah dengan orang  yang belum dikenalnya, laki-laki itu bernama Kasibun. Usianya agak tua, tidak tampan dan ia pintar dalam hal tipu daya, selin itu ia juga mengidap penyakit mematikan yang mudah menular pada pasangannya. Aminu’ddin  mengunjungi Mariamin di rumah suaminya ketika suaminya sedang bekerja. Kasibun sangat  marah setelah dia mengetahui kedatangan  Aminu’ddin, apalagi ketika Mariamin menolak berhubungan suami istri. Kasibun tidak segan-segan menamparnya, memukulnya dan penyiksaan lainnya. Akhirnya karena Mariamin tidak tahan lagi dengan perbuatan suaminya itu, dilaporkannyalah suaminya kepada polisi.  Sampai akhirnya mereka bercerai,  Mariamin terpaksa pulang ke kampung halamannya dengan membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan sengsara di hidupnya di rumah kecil yang  terletak di pinggir sungai Sipirok.  Akhirnya Mariamin pun meninggal dengan meninggalkan azab dan sengsaranya di bumi.

3.   Unsur Interinsik Novel

a.     Tema

Tema dari novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar adalah lebih banyak mengarah kepada adat dan kebiasaan yang kurang baik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Sumatra Utara.

b.    Alur

Alur yang terdapat dalam novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar adalah alur campuran. Pertama pengenalan tokoh di waktu senja, sewaktu Amiu’ddin berpamitan kepada Mariamin hendak pergi ke Medan untuk mencari kerja. Lalu menceritakan saat Mariamin dan Aminu’ddin masih kecil dan juga menceritakan tentang orang tua mereka berdua sejak menikah. Kemudian kembali menceritakan Aminu’ddin dan telah mendapat pekerjaan. Setelah itu menceritakan Aminu’ddin yang menikah dengan gadis pilihan ayahnya, setelah hampir dua tahun Mariamin pun menikah dengan soreng laki-laki yang tidak dikenalnya. Kemudian Marimin pun bercerai dengan laki-laki itu dan ia kembali ke kampung halamannya, sampai akhirnya ia meniggal.


c.      Penokohan

Mariamin                            : Baik hati, rajin, penyabar, dan pemaaf
Aminu’ddin                        : Baik hati, rajin, pandai, dan anak yang berbakti
Sutan Baringin                   : Pemarah, pemalas, tamak, angkuh dan bengis
Nuria (ibu Mariamin)          : Penyabar, setia, sederhana
Ibu Aminu’ddin                 : Baik hati, taat dan setia kepada suami
Baginda Diatas (ayah Aminu’ddin)           : Rajin, Bijaksana
Kasibun                              : Bengis, jahat, pintar menipu
Marah Sait                          : Jahat dan penghasut


d.    Latar

1). Tempat

a). Di gubuk di tepi sungai Sipirok
b). Di gubuk di tengah sawah
c). Sungai di Sipirok
d). Rumah besar miliki Mariamin
e). Rumah Kasibun di Medan
f). Kampung A yang kepala desanya adalah Aminu’ddin
g). Kubur Mariamin

2). Waktu

a). Senja
b). Malam hari
c). Pagi hari
d). Siang hari

3). Suasana

a). Sedih
b). Senang
c). Tegang
d). Mengharukan

e.      Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Azab dan Sengsara karangan Merari Siregar adalah sudut pandang orang ketiga

f.      Amanat

Dalam kehidupan suami istri seharusnya keadaan di tanggung bersama, susah bersama dan senang pun bersama.


4.   Nilai-Nilai Dalam Novel

a.     Nilai Sosial

Nilai sosial dalam novel ini yaitu sikap saling tolong menolong yang dilakukan Aminu’ddin kepada Mariamin

b.    Nilai Budaya

Nilai budaya yang terdapat dalam novel ini adalah budaya dimana orang yang telah dianggap dewasa harus segera dikawinkan. Dan mereka biasanya menjodohkan anak mereka.

c.      Nilai Kepercayaan

Nilai kepercayaan dalam novel ini yaitu saat ayah Aminu’ddin mengajak istrinya pergi ke pada peramal/dukun untuk melihat kehidupan Aminu’ddin dan Mariamin jika mereka menikah.



d.    Nilai Religius

Nilai religius dari novel ini adalah saat ibu Mariamin, Mariamin melaksanakan ibadah.


e.      Nilai Moral

Nilai moral dalam novel ini yaitu sikap Mariamin dan ibunya yang sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup.



5.   Keterkaitan Novel  Dengan Kehidupan Saat Ini
Keterkaitan novel  Azab dan Sengsara karya Merari Siregar dengan kehidupan saat ini yaitu kehidupan Mariamin masih ada yang terjadi di di masa sekarang ini. Sikap ayah Aminu’ddin yang tidak menyetujui  anaknya menikah dengan Mariamin masih banyak terjadi di masa sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar